Senin, 22 Juni 2009

MENGEMBANGKAN SIKAP OPTIMIS

Oleh: Ratna Nengsih 06104244028

Kesuksesan tidak akan datang secara otomatis. Kesuksesan bukan pula hadiah hasil undian yang diperoleh secara tak terduga. Tanpa usaha yang serius, kesungguhan hati dan kerja keras, kesuksesan hanyalah mimpi belaka.

Ada perbedaan yang sangat mendasar antara seorang pemenang yang sukses dan seorang pecundang yang gagal. Seorang pemenang mungkin pernah mengalami kegagalan namun meninggalkannya di belakang. Sebaliknya ia selalu melihat kesuksesan berada di depan dan terus mengejarnya. Sedangkan seorang pecundang mungkin pernah berhasil, namun hanya tetap tinggal mengenangnya. Ia kemudian hanya membayangkan kegagalan di depannya dan terus menguatirkannya.

Seorang pemenang yang sukses akan selalu menjaga sikap Optimis dalam dirinya, karena itulah motivator terbesarnya untuk mencapai keberhasilan. Sebaliknya pecundang akan selalu bersikap pesimis dan berkubang di dalamnya.

Sikap optimis dapat ditanamkan, dibangkitkan, dikembangkan, dan dikelola dengan baik melalui kesadaran pribadi, lingkungan pergaulan dan sarana pendidikan yang positif. Orang-orang yang optimis akan selalu menjadi pemberi semangat (energy giver) kepada orang-orang lain di sekitarnya dan menularkan kesuksesan yang akan diraihnya.

A. Memahami optimisme
Terdapat proses sebelum seorang manusia memiliki karakter optimis, yaitu:

1. Memiliki keseimbangan antara otak kiri dan otak kanan, logika dan intuisi, pikiran analitis dan imajinatif. Sikap optimis kita akan berlebihan atau tidak realistis jika kita terlalu imanjinatif. Sedangkan optimis itu sebenarnya realistis.

2. Memiliki keseimbangan antara pikiran dan perasaan. Terkadang kita lebih suka mempelajari perasaan daripada pikiran kita. 

B. Penyebab seseorang menjadi pesimis

1. Kegagalan yang berulang-ulang tanpa adanya perubahan atau kemajuan berarti.

2. Pernah mengalami peristiwa traumatik dan tidak terselesaikan atau dibereskan.

3. Rasa putus asa dan penderitaan yang berkepanjangan.

4. Berada di bawah tekanan dan dominasi atasan, pimpinan, atau otoritas.

5. Memiliki rasa minder, merasa tidak berarti, tidak pernah dihargai, tidak berani mencoba hal-hal baru.

6. Selalu didikte, diatur, memiliki mentalitas “yes man” atau “asal bapa senang”.

7. Tidak atau kurang memiliki pengalaman sukses atau berhasil.

8. Tidak mampu melihat peluang, tidak mengetahui potensi diri dan tidak kreatif dalam penyelesaian masalah.

9. Memiliki lingkungan pergaulan dengan orang-orang yang pesimis dan gagal, kurang kerjasama dan pergaulan dengan orang yang sukses dan berhasil.

10. Ketika cara berpikir atau paradigma dan wawasan kita diisi dengan hal yang negatif.

C. Mengembangkan sikap optimisme

1. Berusaha menemukan kekuatan, potensi dan kompetensi diri pribadi.

2. Kembangkan keberanian untuk mencoba dan mengambil resiko untuk tujuan dan pencapaian hal-hal baru.

3. Membangun hubungan dan relasi yang baik dengan lingkungan komunitas atau jaringan kerja sama yang positif.

4. Mengembangkan pengalaman sukses, dimulai dengan hal-hal sederhana. 

5. Melatih mental pemenang yang tidak mudah menyerah, namun melihat masalah dan kesulitan sebagai tantangan untuk diselesaikan.

6. Memotivasi pikiran dan paradigma dengan hal-hal positif dan membangun untuk membangkitkan semangat dan daya juang.

7. Membangun sikap bertanggung jawab dalam menghadapi kesulitan dan tidak lari dari kenyataan, ada usaha dan kiat positif untuk penyelesaian masalah.

 8. Belajar dan berbagi pengalaman sukses maupun kegagalan orang-orang lain.

9. Kembangkan berbagai harapan / peluang dengan alternatif tindakan dan solusi.

10. Rencanakan persiapan yang matang dengan wawasan yang inovatif dan kreatif.

Sikap optimis dapat dibangun dan harus dipelihara. Karena perasaan kita rentan, pikiran kita banyak dipengaruhi dan dibentuk oleh input-input dari sekeliling kita. Maka kita harus memelihara dan menjaga sikap optimis, dengan cara menjaga pikiran dari input-input negatif yang masuk dan menjaga perasaan kita agar dipenuhi dengan kegembiraan, sukacita, damai, dan penuh dengan empati. Jangan biarkan hati kita dipenuhi dengan kemarahan, kebencian dan emosi. Jika kita dapat memelihara ke dua hal di atas maka akan terjadi keseimbangan antara pikiran dan perasaan. Jika kita dapat menyeimbangkan pikiran dan perasaan maka kita dapat menyeimbangkan intuisi dan logika. Jika ke dua hal diatas seimbang, maka kita akan memperoleh keberanian dan pertimbangan. Ketika kita memiliki keberanian dan pertimbangan, saat itulah kita memiliki sikap optimis yang benar dan kita dapat menularkannya kepada orang yang pesimis. Berikut ini terdapat kata-kata bijak yang dapat dipergunakan untuk memacu pengembangan sikap optimis:

1. Seorang yang optimis bisa melihat suatu kesempatan dalam setiap bencana; seorang yang pesimis melihat suatu bencana dalam setiap kesempatan.

2. Orang yang pesimis adalah orang yang, bagaimanapun juga keadaannya saat ini, akan kecewa di masa mendatang.

3. Keoptimisan merupakan kerangka pikiran yang menyenangkan.

4. Orang yang pesimis ibarat orang yang menyerap sinar matahari namun memancarkan kesuraman.

5. Orang yang berhasil adalah orang yang antusias lebih lama daripada mereka yang gagal.



Sumber: http://powercharacter.com


Tidak ada komentar:

Posting Komentar